Nama:
1. Mesi Oktri Sila
2. Rahmina Auliya
3. Ratih Ade Lestari
4. Rika Wilda Mahiroh
Kelas: XI IPA 1
Kelompok: 3 (Tiga)
Mata Pelajaran: IPA Biologi
Guru Pembimbing: Deden Darma Wiadi, S.Pd
NIP: 19660115 198811 1 001
Soal:
1. Di upload gambar hasil pratikum jaringan tumbuhan dan
dampingkan dengan gambar yang benar dari internet dengan tampilan yang baik dan
benar.
2. Jelaskan jaringan Kolenkim dengan menggunakan penjelasan
yang baik dan gambar.
3. Jelaskan prosedur kultur jaringan kentang untuk mendapatkan
bibit yang baik.
Jawaban:
1. Hasil pratikum jaringan tumbuhan
- Tumbuhan Monokotil
- Tumbuhan Dikotil
2.
Jaringan Kolenkim adalah jaringan penguat atau jaringan penyokong pada organ
tumbuhan. Jaringan ini disusun oleh sel-sel protoplasma yang pada bagian
sudutnya mengalami penebalan selulosa, selnya bersifat elastis artinya
berkembang dan menyesuaikan diri dengan pertumbuhan memanjang organ serta
mempunyaisifar irreversible yaitu tidak dapat kembali kebentuk semula.
Kolenkim
terdapat dalam batang, daun, bunga, buah, dan akar. Kolenkim berkembang
terutama jika mendapat sinar dan apabila tidak terdapat dalam batang dan daun
monokotil yang sklerenkimnya berkembang pada umur awal. Kolenkim biasanya
dibentuk tepat di bawah epidermis, tetapi dalam hal khusus terdapat satu atau
dua lapisan parenkim diantara epidermis dan kolenkim. Apabila kolenkim berada
tepat di bawah epidermis, seringkali dinding epidermis juga menebal dengan cara
yang sama dengan dinding sel kolenkim. Pada batang, kolenkim terdapat suatu
silinder atau berbentuk pita memanjang (membujur). Pada daun, kolenkim terdapat
pada satu atau kedua sisi tulang daun dan sepanjang tepi daun.
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam, ada yang berbentuk prisma pendek, mirip sel parenkim, atau panjang seperti serabut dengan ujung meruncing. Sel kolenkim yang terpanjang dijumpai di daerah untaian kolenkim dan yang terpendek di daerah tepi. Hal ini diterangkan sebagai berikut: untaian kolenkim dibentuk oleh serangkaian sel yang membelah memanjang mulai dari pusat untaian, setelah pembelahan, lalu sel terus memanjang sehingga sel pusat menjadi yang terpanjang karena pertama kali dibentuk dan meningkat sampai pada panjang maksimum.
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam, ada yang berbentuk prisma pendek, mirip sel parenkim, atau panjang seperti serabut dengan ujung meruncing. Sel kolenkim yang terpanjang dijumpai di daerah untaian kolenkim dan yang terpendek di daerah tepi. Hal ini diterangkan sebagai berikut: untaian kolenkim dibentuk oleh serangkaian sel yang membelah memanjang mulai dari pusat untaian, setelah pembelahan, lalu sel terus memanjang sehingga sel pusat menjadi yang terpanjang karena pertama kali dibentuk dan meningkat sampai pada panjang maksimum.
Dinding sel kolenkim terdiri atas lapisan yang berselang seling, kaya akan selulosa dengan sedikit pectin dan lapisan lain dengan sedikit selulosa dan kaya pectin. Pada bahan segar, air dalam seluruh dinding sel lebih kurang 67%. Roelofsen (1959) menyatakan bahwa di dalam petasites, dinding sel kolenkim berisi 45% pectin, 35% hemiselulosa, dan 20% selulosa. Dinding se kolenkim petasites ini terdiri atas 7 sampai 20 lamela yang bergantian atau berseling antara lamella yang mengandung banyak selulosa dan lamella yang mengandung sedikit selulosa semakin mendekati lumen sel, selulosanya semakin banyak.
Kolenkim dewasa adalah suatu jaringan lentur yang kuat, terdiri atas sel panjang yang tumpang tindih dengan dinding tebal yang tidak berlignin. Kekuatan meregang sel kolenkim sebanding dengan serabut. Pada bagian tumbuhan yang kuat, kolenkim menjadi keras atau dapat berubah menjadi sklerenkim dengan pembentukan dinding sekunder yang berlignin. Pada sebagian tumbuhan dikotil, misalnya tangkai dan batang Medicago sativa, Eryngium maritimum, Viscum album, dan Salvia officinalis, kolenkim berubah menjadi sklerenkim.
- Tipe-tipe kolenkim
Menurut tipe penebalan dindingnya, kolenkim
dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
1.
Kolenkim
sudut (angular kolenkim)
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada
penampang melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya 3
sel atau
lebih. Contohnya pada tangkai Rumex, Fitis, Begonia, Coleus, Cucurbita,
Morus, Beta, dan pada batang Solanum tuberosum, dan Atropa belladonna.
2. Kolenkim lamella (lamellar kolenkim)
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding tangensial sel. Kolenkim
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding tangensial sel. Kolenkim
lamella terdapat pada korteks batang Sambucus nigra, Rhamnus, dan
tangkai Cochlearia armoracia.
3.
Kolenkim
lacuna (Lacunar kolenkim)
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding-dinding yang
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding-dinding yang
berbatasan dengan ruang antar sel. Kolenkim lacuna tardapat pada tangkai
beberapa species
Compositae, misalnya Salvia, Malva, Athaea, dan Asclepias.
4.
Kolenkim
cincin (Anular kolenkim)
Istilah kolenkim cincin diberikan oleh Duchaigne (1955) untuk tipe kolenkim
Istilah kolenkim cincin diberikan oleh Duchaigne (1955) untuk tipe kolenkim
yang lumen selnya pada penampang melintang tampak melingkar. Muller
(1890) menyebutnya knorpel-colenchyma bahwa pengamatan terhadap
kolenkim dewasa tampak
adanya penebalan dinding sel secara terus-menerus
sehingga lumen sel akan
kehilangan bentuk selnya.
3. Teknik Kultur Jaringan pada
tanaman Kentang
1. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
Tanaman kentang tersebut harus jelas jenis,
spesies, dan varietasnya serta harus
sehat dan bebas dari hama dan penyakit.
Tanaman kentang indukan sumber
eksplan tersebut harus dikondisikan dan
dipersiapkan secara khusus di rumah kaca
atau greenhouse agar eksplan yang akan
dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik
serta bebas dari sumber kontaminan pada
waktu dikulturkan secara in-vitro.
Lingkungan tanaman induk kentang yang lebih higienis dan bersih dapat
Lingkungan tanaman induk kentang yang lebih higienis dan bersih dapat
meningkatkan kualitas eksplan. Pemeliharaan rutin yang harus dilakukan
meliputi: pemangkasan, pemupukan, dan penyemprotan dengan pestisida
(fungisida,
bakterisida, dan insektisida), sehingga tunas baru yang tumbuh menjadi
lebih
sehat dan dan bersih dari kontaminan. Selain itu pengubahan status fisiologi
tanaman induk kentang sebagai sumber eksplan kadang-kadang perlu dilakukan
seperti memanipulasi parameter cahaya, suhu, dan zat pengatur tumbuh.
Manipulasi
tersebut bisa dilakukan dengan mengondisikan tanaman induk dengan
fotoperiodisitas
dan temperatur tertentu untuk mengatasi dormansi serta
penambahan ZPT seperti
sitokinin untuk merangsang tumbuhnya mata tunas baru dan
untuk meningkatkan
reaktivitas eksplan pada tahap inisiasi kultur.
Syarat-syarat eksplan yang baik:
a. Berasal dari induk yang sehat dan subur
b. Berasal dari induk yang diketahui jenisnya
c. Tempat tumbuh pada lingkungan yang baik
2. Inisiasi Kultur
Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari
bagian tanaman yang akan dikulturkan.
Bagian tanaman yang sering digunakan
untuk kegiatan kultur jaringan pada tanaman
kentang adalah bagian tunas.
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari
eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru tahap
ini
mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari
mikroorganisme maupun penyakit, sedangkan aksenik berarti bebas dari
mikroorganisme
yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan
yang
dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan
dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk
perbanyakan
(multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya.
Masalah yang sering dihadapi pada kultur
tahap ini adalah terjadinya pencokelatan atau
penghitaman bagian eksplan
(browning). Hal ini disebabkan oleh senyawa fenol yang
timbul akibat stress
mekanik yang timbul akibat pelukaan pada waktu proses isolasi
eksplan dari
tanaman induk. Senyawa fenol tersebut bersifat toksik, menghambat
pertumbuhan
atau bahkan dapat mematikan jaringan eksplan.
3. Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu kegiatan dalam
kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang
steril, yaitu di laminar flow
dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga
dilakukan terhadap
peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara
merata pada
peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
harus
steril. Tunas hidup di atas tanah sering banyak tanah yang melekat perlu
dibersihkan hal ini karena pada eksplan tunas khususnya pada kentang mengandung
jamur seperti fusarium.
4. Multiplikasi atau Perbanyak Propagul
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak
calon tanaman dengan menanam eksplan
pada media. Kegiatan ini dilakukan di
laminar flow untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya
pertumbuhan eksplan pada kentang. Tabung
reaksi yang telah ditanami ekplan
diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat
yang steril dengan suhu
kamar. Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau
bahan tanaman yang
diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam
keadaan
tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada
tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya
pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya
tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui
induksi
kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di
dalam media harus
terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan
perbandingan yang dibutuhkan
secara tepat. Hormon yang digunakan untuk
merangsang pembentukan tunas tersebut
berasal dari golongan sitokinin seperti
BAP, 2-iP, kinetin, atau thidiadzuron (TDZ).
Kemampuan memperbanyak diri yang
sesungguhnya dari suatu perbanyakan secara
in-vitro terletak pada mudah
tidaknya suatu materi ditanam ulang selama multiplikasi.
Eksplan tanaman kentang
dalam kondisi bagus dan tidak terkontaminasi dari tahap
inisiasi kultur
dipindahkan atau disubkulturkan ke media yang mengandung sitokinin.
Subkultur
dapat dilakukan berulang-ulang kali sampai jumlah tunas yang kita harapkan,
namun subkultur yang terlalu banyak dapat menurunkan mutu dari tunas yang
dihasilkan, seperti terjadinya penyimpangan genetik (aberasi), menimbulkan
suatu gejala
ketidak normalan (vitrifikasi) dan frekuensi terjadinya tanaman
off-type sangat besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar