Sabtu, 12 Oktober 2013

Tugas Biologi 2

Nama:
      1.     Mesi Oktri Sila
      2.     Rahmina Auliya
      3.     Ratih Ade Lestari
      4.     Rika Wilda Mahiroh
Kelas: XI IPA 1
Kelompok: 3 (Tiga)
Mata Pelajaran: IPA Biologi
Guru Pembimbing: Deden Darma Wiadi, S.Pd
NIP: 19660115 198811 1 001

Soal:
1.      Di upload gambar hasil pratikum jaringan tumbuhan dan dampingkan dengan gambar yang benar dari internet dengan tampilan yang baik dan benar.
2.      Jelaskan jaringan Kolenkim dengan menggunakan penjelasan yang baik dan gambar.
3.      Jelaskan prosedur kultur jaringan kentang untuk mendapatkan bibit yang baik.
Jawaban:
1.      Hasil pratikum jaringan tumbuhan
  •   Tumbuhan Monokotil


  •   Tumbuhan Dikotil





2.       

      Jaringan Kolenkim adalah jaringan penguat atau jaringan penyokong pada organ tumbuhan. Jaringan ini disusun oleh sel-sel protoplasma yang pada bagian sudutnya mengalami penebalan selulosa, selnya bersifat elastis artinya berkembang dan menyesuaikan diri dengan pertumbuhan memanjang organ serta mempunyaisifar irreversible yaitu tidak dapat kembali kebentuk semula.
Kolenkim terdapat dalam batang, daun, bunga, buah, dan akar. Kolenkim berkembang terutama jika mendapat sinar dan apabila tidak terdapat dalam batang dan daun monokotil yang sklerenkimnya berkembang pada umur awal. Kolenkim biasanya dibentuk tepat di bawah epidermis, tetapi dalam hal khusus terdapat satu atau dua lapisan parenkim diantara epidermis dan kolenkim. Apabila kolenkim berada tepat di bawah epidermis, seringkali dinding epidermis juga menebal dengan cara yang sama dengan dinding sel kolenkim. Pada batang, kolenkim terdapat suatu silinder atau berbentuk pita memanjang (membujur). Pada daun, kolenkim terdapat pada satu atau kedua sisi tulang daun dan sepanjang tepi daun.
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam, ada yang berbentuk prisma pendek, mirip sel parenkim, atau panjang seperti serabut dengan ujung meruncing. Sel kolenkim yang terpanjang dijumpai di daerah untaian kolenkim dan yang terpendek di daerah tepi. Hal ini diterangkan sebagai berikut: untaian kolenkim dibentuk oleh serangkaian sel yang membelah memanjang mulai dari pusat untaian, setelah pembelahan, lalu sel terus memanjang sehingga sel pusat menjadi yang terpanjang karena pertama kali dibentuk dan meningkat sampai pada panjang maksimum.

Dinding sel kolenkim terdiri atas lapisan yang berselang seling, kaya akan selulosa dengan sedikit pectin dan lapisan lain dengan sedikit selulosa dan kaya pectin. Pada bahan segar, air dalam seluruh dinding sel lebih kurang 67%. Roelofsen (1959) menyatakan bahwa di dalam petasites, dinding sel kolenkim berisi 45% pectin, 35% hemiselulosa, dan 20% selulosa. Dinding se kolenkim petasites ini terdiri atas 7 sampai 20 lamela yang bergantian atau berseling antara lamella yang mengandung banyak selulosa dan lamella yang mengandung sedikit selulosa semakin mendekati lumen sel, selulosanya semakin banyak.
Kolenkim dewasa adalah suatu jaringan lentur yang kuat, terdiri atas sel panjang yang tumpang tindih dengan dinding tebal yang tidak berlignin. Kekuatan meregang sel kolenkim sebanding dengan serabut. Pada bagian tumbuhan yang kuat, kolenkim menjadi keras atau dapat berubah menjadi sklerenkim dengan pembentukan dinding sekunder yang berlignin. Pada sebagian tumbuhan dikotil, misalnya tangkai dan batang Medicago sativa, Eryngium maritimum, Viscum album, dan Salvia officinalis, kolenkim berubah menjadi sklerenkim.
  •  Tipe-tipe kolenkim
Menurut tipe penebalan dindingnya, kolenkim dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
            1.      Kolenkim sudut (angular kolenkim)
            Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada 
                  penampang melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya 3 
                  sel atau lebih. Contohnya pada tangkai Rumex, Fitis, Begonia, Coleus, Cucurbita, 
                  Morus, Beta, dan pada batang Solanum tuberosum, dan Atropa belladonna.
            2.      Kolenkim lamella (lamellar kolenkim)
            Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding tangensial sel. Kolenkim 
                  lamella terdapat pada korteks batang Sambucus nigra, Rhamnus, dan
                  tangkai Cochlearia armoracia.
            3.      Kolenkim lacuna (Lacunar kolenkim)
            Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding-dinding yang 
                  berbatasan dengan ruang antar sel. Kolenkim lacuna tardapat pada tangkai 
                  beberapa species Compositae, misalnya Salvia, Malva, Athaea, dan Asclepias.
            4.      Kolenkim cincin (Anular kolenkim)
            Istilah kolenkim cincin diberikan oleh Duchaigne (1955) untuk tipe kolenkim 
                  yang lumen selnya pada penampang melintang tampak melingkar. Muller 
                  (1890) menyebutnya knorpel-colenchyma bahwa pengamatan terhadap 
                  kolenkim dewasa tampak adanya penebalan dinding sel secara terus-menerus 
                  sehingga lumen sel akan kehilangan bentuk selnya.


3.      Teknik Kultur Jaringan pada tanaman Kentang
           1.   Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
         Tanaman kentang tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus 
         sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman kentang indukan sumber 
         eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca 
         atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik 
         serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro.
         Lingkungan tanaman induk kentang yang lebih higienis dan bersih dapat 
         meningkatkan kualitas eksplan. Pemeliharaan rutin yang harus dilakukan 
         meliputi: pemangkasan, pemupukan, dan penyemprotan dengan pestisida 
         (fungisida, bakterisida, dan insektisida), sehingga tunas baru yang tumbuh menjadi 
         lebih sehat dan dan bersih dari kontaminan. Selain itu pengubahan status fisiologi
         tanaman induk kentang sebagai sumber eksplan kadang-kadang perlu dilakukan 
         seperti memanipulasi parameter cahaya, suhu, dan zat pengatur tumbuh. Manipulasi
         tersebut bisa dilakukan dengan mengondisikan tanaman induk dengan fotoperiodisitas
        dan temperatur tertentu untuk mengatasi dormansi serta penambahan ZPT seperti
        sitokinin untuk merangsang tumbuhnya mata tunas baru dan untuk meningkatkan
        reaktivitas eksplan pada tahap inisiasi kultur.
        Syarat-syarat eksplan yang baik:
a.       Berasal dari induk yang sehat dan subur
b.      Berasal dari induk yang diketahui jenisnya
c.       Tempat tumbuh pada lingkungan yang baik
           2.     Inisiasi Kultur
          Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. 
          Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan pada tanaman
          kentang adalah bagian tunas.
          Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari
          eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru tahap ini
          mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari
          mikroorganisme maupun penyakit, sedangkan aksenik berarti bebas dari
          mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan
          yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan
         dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan
         (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya.
         Masalah yang sering dihadapi pada kultur tahap ini adalah terjadinya pencokelatan atau
         penghitaman bagian eksplan (browning). Hal ini disebabkan oleh senyawa fenol yang
         timbul akibat stress mekanik yang timbul akibat pelukaan pada waktu proses isolasi
         eksplan dari tanaman induk. Senyawa fenol tersebut bersifat toksik, menghambat
         pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan jaringan eksplan.

          3.     Sterilisasi
          Sterilisasi adalah suatu kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang
          steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga
          dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara
          merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga
          harus steril. Tunas hidup di atas tanah sering banyak tanah yang melekat perlu
          dibersihkan hal ini karena pada eksplan tunas khususnya pada kentang mengandung
          jamur seperti fusarium.

          4.     Multiplikasi atau Perbanyak Propagul
         Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan
         pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya
         kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan pada kentang. Tabung
         reaksi yang telah ditanami ekplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat
         yang steril dengan suhu kamar. Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau
         bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam
         keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada
         tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan dengan cara merangsang terjadinya
         pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler atau merangsang terbentuknya
         tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung maupun melalui induksi
         kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di dalam media harus
         terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan perbandingan yang dibutuhkan
         secara tepat. Hormon yang digunakan untuk merangsang pembentukan tunas tersebut
         berasal dari golongan sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau thidiadzuron (TDZ).
         Kemampuan memperbanyak diri yang sesungguhnya dari suatu perbanyakan secara
         in-vitro terletak pada mudah tidaknya suatu materi ditanam ulang selama multiplikasi.
         Eksplan tanaman kentang dalam kondisi bagus dan tidak terkontaminasi dari tahap
         inisiasi kultur dipindahkan atau disubkulturkan ke media yang mengandung sitokinin.
        Subkultur dapat dilakukan berulang-ulang kali sampai jumlah tunas yang kita harapkan,
        namun subkultur yang terlalu banyak dapat menurunkan mutu dari tunas yang
        dihasilkan, seperti terjadinya penyimpangan genetik (aberasi), menimbulkan suatu gejala
        ketidak normalan (vitrifikasi) dan frekuensi terjadinya tanaman off-type sangat besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar