Nama:
1. Mesi Oktri Sila
2. Rahmina Auliya
3. Ratih Ade Lestari
4. Rika Wilda Mahiroh
Kelas: XI IPA 1
Kelompok: 3 (Tiga)
Mata Pelajaran: IPA Biologi
Guru Pembimbing: Deden Darma Wiadi, S.PdNIP: 19660115 198811 1 001
Buatlah Tugas di bawah ini !
1. Upload gambar hasil pengamatan jaringan hewan di semester 1 dengan didampingi gambar yang benar
dari internet?
2. Jelaskan prosedur penyembuhan secara menyeluruh panyakit pada jaringan hewan dengan dilengkapi
gambar yang relevan?
3. Tugas diupload paling lambat tanggal 15 Januari 2014
JAWAB
1.
2.penyakit pada Jaringan Hewan
1.
Rabies
Merupakan penyakit hewan menular
yang disebabkan oleh virus dan dapat menular pada orang.
Karena itu, rabies di kategorikan sebagai penyakit zoonotik. Agen penyebab penyakit ini memiliki
daya tarik kuat untuk menginfeksi jaringan saraf yang menyebabkan terjadinya peradangan pada
otak atau ensefalitis, sehingga berakibat fatal bagi hewan ataupun manusia yang tertular. Sejak
lama penyakit ini telah dikenal oleh masyarakat dan diketahui telah tersebar secara luas di
berbagai belahan dunia, bahkan daerah penyebarannya dari waktu ke waktu selalu bertambah
luas. Salah satu bukti telah dikenalnya secara luas di dunia adalah dengan disebutnya penyakit
ini dalam berbagai bahasa sesuai dengan bahasa masyarakat setempat dimana penyakit ini
ditemukan. Istilah yang paling umum dipakai secara internasional adalah rabies. Asal kata
rabies sendiri dari bahasa latin rabere atau rabbia. Istilah latin yang kemudian berkembang
menjadi sebutan rabies ini pada awal mulanya diperkirakan berasal dari bahasa Sansekreta
kuno rabhas yang berarti mengamuk, karena gejala klinis terutama pada anjing ditandai oleh
keganasan gejala yang nyata dan menakutkan. Morbiditas utama akibat gigitan hewan
adalah infeksi atau luka parut. Rabies harus dipikirkan pada setiap gigitan hewan berdarah
panas, tetapi hampir tidak terdapat pada populasi hewan domestik di Amerika Serikat.
Rabies terdapat pada hewan liar, terutama kelelawar, rakun, dan sigung atau anjing dari
Meksiko atau Amerika Latin, Asia, atau Afrika. Rabies sangat jarang ditemukan pada
hewan pengerat (seperti bajing, tikus, atau mencit).
Karena itu, rabies di kategorikan sebagai penyakit zoonotik. Agen penyebab penyakit ini memiliki
daya tarik kuat untuk menginfeksi jaringan saraf yang menyebabkan terjadinya peradangan pada
otak atau ensefalitis, sehingga berakibat fatal bagi hewan ataupun manusia yang tertular. Sejak
lama penyakit ini telah dikenal oleh masyarakat dan diketahui telah tersebar secara luas di
berbagai belahan dunia, bahkan daerah penyebarannya dari waktu ke waktu selalu bertambah
luas. Salah satu bukti telah dikenalnya secara luas di dunia adalah dengan disebutnya penyakit
ini dalam berbagai bahasa sesuai dengan bahasa masyarakat setempat dimana penyakit ini
ditemukan. Istilah yang paling umum dipakai secara internasional adalah rabies. Asal kata
rabies sendiri dari bahasa latin rabere atau rabbia. Istilah latin yang kemudian berkembang
menjadi sebutan rabies ini pada awal mulanya diperkirakan berasal dari bahasa Sansekreta
kuno rabhas yang berarti mengamuk, karena gejala klinis terutama pada anjing ditandai oleh
keganasan gejala yang nyata dan menakutkan. Morbiditas utama akibat gigitan hewan
adalah infeksi atau luka parut. Rabies harus dipikirkan pada setiap gigitan hewan berdarah
panas, tetapi hampir tidak terdapat pada populasi hewan domestik di Amerika Serikat.
Rabies terdapat pada hewan liar, terutama kelelawar, rakun, dan sigung atau anjing dari
Meksiko atau Amerika Latin, Asia, atau Afrika. Rabies sangat jarang ditemukan pada
hewan pengerat (seperti bajing, tikus, atau mencit).
2. Paralisa
Paralisa
adalah suatu kelumpuhan dikarenakan gangguan pada saraf obturatoria yang pada
akhirnya satu atau dua kaki belakang lumpuh dan hewan tidak bisa berdiri.
Paralisa biasanya terjadi pada sapi terutama sapi perah yang mempunyai produksi
susu tinggi tetapi bisa juga terjadi pada kuda, kambing, domba dan
anjing.Penyebab utama kasus ini karena kusulitan melahirkan pada hewan betina
tetapi bisa juga pada hewan bunting tua karena fetus yang mendesak saraf
obturatoria. Luka saraf obturatoria bias juga terjadi karena fraktura tulang
pelvis, adanya pertumbuhan tulang baru(Callus) dari pelvis yangmengalami
fraktur atau adanya tumor pada tulang pelvis. Pada saat terjadi distokia dimana
penanganannya kurang tepat atau fetus lama berada di jalan lahir sehingga
menekan saraf ini akan menyebabkan paralisa. Setelah partus bila gangguan saraf
terjadi pada salah satu kaki (Unilateral) hewan masih bias berdiri walau
sempoyongan tetapi ketika terjadi pada kedua kaki belakang induk tidak bias
berdiri. Bila penyakitnya masih kut hewan masih mau memamahbiak, nafsu makan
normal dan pernafasan dan denyut jantung juga normal.
Kesembuhan
tergantung penyebabnya bila dikarenakan fraktur tulang pelvis akan menyebabkan
gangguan saraf yang berat, dan penyembuhan sangat sukar. Bila adanya tumor pada
tulang pelvis penanganan operatif juga sukar.
Pengobatan ditujukan pada pemberian pakan dengan
ransum yang baik. Jika induk masih bisa berdiri walaupun harus di bantun sapi
harus sering dilatih berdiri sampai sapi bisa berdiri normal lagi. Untuk
mencegah komplikasi adanya luka di sekitar kaki karena hewan berbaring maka
pemberian bedding berupa jerami kering perlu dilakukan dan juga pembalikan
badan kekanan kekiri untuk mencegah dekubitas.
3. Kemajiran
Kemajiran adalah
suatu keadaan yang ditandai proses reproduksi yang tidak berjalan secara normal
disebabkan oleh satu atau banyak faktor, yang terjadi baik pada ternak betina
maupun jantan. Efisiensi reproduksi pada sapi dianggap baik bila angka
kebuntingan dapat mencapai 65%-75%; jarak antar melahirkan tidak melebihi 12
bulan atau 365 hari; waktu melahirkan sampai terjadinya kebuntingan kembali
60-90 hari; Angka perkawinan per kebuntingan 1,65 dan angka kelahiran 45%-65%
(Hardjopranjoto 1995). Kasus gangguan reproduksi sudah merupakan hal yang umum
terjadi pada semua peternakan dimanapun peternakan itu berada, walaupun telah
dilakukan penanggulangan dengan teknik yang mutakhir seperti halnya di
negara-negara yang telah maju. Ada banyak faktor yang menyebabkan gangguan
proses reproduksi pada ternak, faktor tersebut dapat dibagi dalam 6 kelompok,
yaitu :
1.
Kelompok
ternak yang menderita gangguan keseimbangan hormon, khususnya hormon
reproduksi, gangguan hormonal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai sebab,
seperti kurangnya makanan berkualitas atau bergizi yang diperlukan pada masa
pertumbuhan ternak tersebut dan bisa juga karena kondisi lingkungan yang kurang
mendukung bagi ternak yang ingin dikembangkan.
2.
Kelompok
ternak yang memperoleh pengelolaan yang kurang baik atau kurang perawatan
(salah urus) oleh pemiliknya. Pengelolaan yang kurang baik dapat terjadi
misalnya tindakan deteksi birahi yang kurang baik, pemberian pakan yang kurang
baik secara kuantitas maupun kualitas, ternak tidak pernah dikeluarkan dari
kandang sehingga kurang bergerak, kondisi kandang yang terlalu sempit, tertutup
dan lembab, serta berbagai sebab dan perlakuan yang dapat menyebabkan ternak
mengalami gangguan pada masa pertumbuhannya.
3.
Kelompok
ternak yang menderita penyakit yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
organ-organ reproduksinya, berbagai agen penyakit yang menyebabkan gangguan
reproduksi seperti :
a.
Bakteri
(Brucellosis, Vibriosis, Leptospirosis, Listeriosis).
b.
Virus (IBR,
IPV, BVD, Blue Tongue dan Epivag)
c.
Infeksi
Protozoa (Trichomoniasis).
d.
Infeksi
Jamur (Aspergilosis).
e.
Infeksi yang
lain termasuk mikoplasma (Micoplasma).
4.
Kelompok
ternak yang menderita kelainan anatomi pada organ reproduksi yang bersifat
menurun (genetik).
5.
Kelompok
ternak yang menderita kelainan patologi pada organ reproduksi, bisa akibat agen
penyakit maupun traumatik karena kesalahan perlakuan pada organ reproduksi.
6.
Kelompok
ternak yang dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang mendukung, kondisi
perkandangan maupun konsi alam diluar kandang yang kurang pas untuk
pengembangan jenis ternak sapi tertentu.
Dalam mempengaruhi proses reproduksi
faktor diatas dapat bersifat tunggal namun dapat pula bersifat majemuk, kasus
gangguan reproduksi ini kadang tanda-tanda kemunculannya dapat diamati dengan
jelas seperti sapi tidak mengalami birahi pada perkiraan masa umurnya untuk
birahi, tetapi tidak jarang kondisi atau tanda-tanda ini tidak teramati atau
sukar di kenali oleh peternak/pemiliknya, sehingga gangguan reproduksi tersebut
dapat menimbulkan kerugian bagi peternak
4.
Penyakit Mulut atau Penyakit Kuku
Penyakit Mulut atau Penyakit Kuku
adalah penyakit akut dan sangat menular pada sapi, kerbau, kambing domba
dan hewan berkuku genap lainnya. Infeksi ditandai dengan pembentukan lepuh,
lekuk koroner kaki dan puting susu. Penyebab dari penyakit ini adalah virus.
Keganasan virus tergantung dari umur hewan dan
adaptasi ke suatu jenis hewan. Virus akan tahan berbulan-bulan pada jaringan
seperti darah, sumsum, limfa. Sedangkan pada jaringan daging virus cepat mati
karena cepat mengalami pengasaman. Virus tidak tahan terhadap pH asam dan
alkalis, panas, sinar ultraviolet dan beberapa zat kimia dan desinfektan. Virus
dapat tahan berbulan –bulan pada bahan yang mengandung protein, tahan
kekeringan dan dingin. Gejala penyakit menyerang adalah tubuh lesu, suhu tubuh
mencapai 41 celcius, nafsu makan berkurang, enggan berdiri, penyusutan berat
badan, penurunan produksi susu.
Tanda-tanda khas : lepuh-lepuh berupa penonjolan bulat yang berisi cairan
seperti limfa. Lepuh primer mulai terlihat 1-5 hari setelah infeksi dapat
tersebar di ruang mulut, terutama lidah sebelah atas, bibir sebelah dalam,
gusi, selaput lendir mata.
Luka-luka pada kaki menyebabkan hewan enggan
berdiridan kuku dapat terlepas, sedang luka pada lidah menyebabkan hewan enggan
makan.
Gangguan lainnya : gangguan
pernafasan kronis, infeksi kronis pada kuku.
Kelainan yang terjadi pasca kematian terjadi lepuh
pada bagian perut, mulut dan bisa terjadi kelainan pada jantung.
5.
Mastitis atau Radang Susu
Kelainan pada fisik hewan ternak
yang mengalami mastitis ini dapat dilihat pada bentuk susu yang tidak normal
pada kambing yang terserang penyakit akibat bakteri streptococcus agalactiae
ini. serangan mastitis pada hewan ternak kambing ini disebabkan radang atau
infeksi yang menyerang saat kambing menyusui anaknya tingkatan penyakit ini
berlangsung secara akut sub akut hingga kronis.
Hewan jenis kambing yang terserang mastitis ditandai dengan peningkatan jumlah
sel dalam air susu faktor penyebab lain dari penyakit mastitis adalah kurangnya
kebersihan dalam kandang hewan sehingga akan mempengaruhi tingkat kekebalan
hewan sendiri.
Meski penyakit mastitis atau radang susu, hanya
menyerang ternak kambing betina yang tidak menjadi syarat sebagai hewan kurban,
serta tidak berbahaya bagi manusia yang menkomsumsinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar